Pages

10/22/13

SPACE INVASION #2 QnA with COMA



Purwokerto-24/09 Purwokerto kembali di invasi orang dari Heartcorner community kembali melakukan perjalanan ruang angkasa, Space Invasion kali ini menampilkan beberap 3 line-up yg cukup unik berbeda.

Penonton pertama kali serasa diterbangkan dengan noise experimentalanya Ozsa Erlangga (Rantau-Ranjau), sungguh pemanasan yg sangat unik layaknya memanaskan sebuah mesin Ozsa Erlangga begitu terampil dalam memainkan berbagai macam effect termasuk sangkar yang didalamnya terdapat gagang pesawat telepon.

Pemanasan usai, kini telinga penonton disuguhkan Sadstory On Sunday. Masih dalam nuansa angkasa, hampir memasuki fase inti kita dibawa berkeliling angkasa aula fisip unsoed. Aksi-aksi personil sungguh memukau diikuti oleh anggukan penonton yang seakan terbawa arus angkasa saat itu.

Serasa mengambang jika belum memasuki fase inti, kali ini angkasa kita kedatangan band dari tetangga COMA dari malaysia. Dengan postrock eksperimentalnya, mengobok-obok perasaan penonton dengan setting lighting redup membawa kita memasuki nuansa sendu. Dengan format yang langka 3 gitar termasuk Sam koh sebagai front liner, 2 bass, dan 1 drum, mereka bersinergi membawakan musik instrumental yang lebih mengedepankan rasa. Jika kita lihat alur jalannya event Space Invasion ini, COMA bisa dibilang sebagai proses pendinginan namun tetap menggairahkan hingga penghujung acara.

QnA with COMA

Bagaimana perasaan anda datang ke Purwokerto?

“Kami suka purwokerto, kami sangat mencintai purwokerto, ini sungguh seperti rumah saya sendiri. Sangat kental kekeluargaannya.Orang-orang disini sangat luar biasa, “This nite so fvcking night.”

Bisa ceritakan sejarah dari COMA?

“Beberapa dari kami adalah teman ketika SMA, musik kami terbentuk tidak berdasarkan dan bertujuan mencari uang. COMA tidak berharap bermain musik dengan melibatkan unsur uang, kami berjuang kisaran 10 tahun dan kami mendapat beberapa personel ada Bryan , Hassan, Alvin, dan kemudian kami merekrut Binsen untuk memainkan bass, kami mengajak dia karena dia bisa melakukan banyak hal. Kemudian ada lagi Michael dia begitu lama di COMA, dia yang membuat rasa lagi dan lagi. Inilah kami,Jika kami hanya berharap dan berharap kami tak akan bisa maju, apa yang akan kami lakukan. Ada yang pergi ada seseorang yang datang, tetapi kami akan sangat sedih jika ada seseorang yang pergi dari COMA. Karena di COMA kami sudah seperti keluarga, seperti kakak beradik, kamu tahu ketika kamu melihat kami kamu tidak melihat saya melainkan kamu melihat kami COMA secara keseluruhan.”

Mengapa COMA mengambil genre postrock eksperimental padahal genre tersebut jarang diketahui khalayak ramai?

“Oke Kamu sekarang bisa sebut kami bukan postrock band kamu bisa sebut kami band rock, atau band punk, terserah yang kamu inginkan itu hanyalah sebuah genre. Kamu tahu kenapa kami memainkan instrumental? Itu karena lirik hanya dapat menggambarkan 1 hal saja, tapi dengan instrumental kami dapat menggambarkan sesuatu yang besar, imajinasi di lagu juga akan lebih bebas, kemudian membuat emosi, emosi itu seperti jembatan yang menghubungkan kita.” “Musik menghubungkan semua orang untuk membuat orang menjadi tahu, Bisa diibaratkan bahwa saya hanya bisa bahasa inggris tidak bisa bahasa lain, tetapi dengan musik saya bisa membahasakan kepada anda.” tukas Briyan penggebuk drum COMA.” Musik adalah bahasa universal, dan setiap orang bisa mengartikan lagu itu sebebas-bebasnya.”

Apakah kalian mempunyai album?

“Yah, album kami sedang di rekam, masih dalam proses editting. Kami sekarang sedang fokus ke tour, membuat beberapa cerita. Kami sudah bosan di malaysia, musik dan pergi keseluruh dunia dengan standar internasional, kenapa tidak? Kenapa kita masih tetap di pulau sendiri, kami tidak peduli terhadap audiens mau suka ataupun tidak kepada kita. Setiap show yang kami main bagaikan show yang terakhir.”

Kenapa mengambil tour ke Indonesia?

“Kenapa tidak, dunia ini lebih besar dari malaysia, kamu dan kami sama kita berdiri ditanah yang sama dengan bulan yang sama.”

Kemana project tour selanjutnya?


“Oke, kami akan kembali kesini lagi kami mungkin akan pergi ke Jogja, Surabaya, Bandung, dan Jakarta.  Bali juga mungkin Lombok”































No comments:

Post a Comment